Reproduksi Sapi Induk
Deskripsi

Manajemen Reproduksi Sapi Induk

Pengelolaan reproduksi sapi betina meliputi masa pertumbuhan alat reproduksi, proses perkawinan, perawatan selama kebuntingan maupun setelah beranak.

Manajemen sapi dara:

  • Sapi betina dapat mulai dikawinkan pada umur 18-24 bulan setelah mencapai dewasa tubuh karena pada umur tersebut alat reproduksi telah berkembang sempurna sehingga mampu untuk melakukan perkawinan, kebuntingan dan kelahiran.

Manajemen perkawinan:

  • Perkawinan dapat dilakukan melalui inseminasi buatan maupun kawin alam. Pada peternakan besar maka strategi perkawinan dapat dilakukan secara massal dengan pengaturan waktu beranak dan sinkronisasi estrus.
  • Pada umur 3-3,5 tahun, sapi betina diharapkan dapat beranak untuk pertama kalinya.
  • Seleksi sapi betina yang dijadikan bibit sumber dilakukan berdasarkan penampilan tubuh luar (morfologi), kecukupan umur, silsilah (keturunan) dan status kesehatan ternak.

Perawatan Sapi Induk selama Kebuntingan:

  • Lama kebuntingan pada sapi bervariasi antara 275-287 hari dengan rata-rata selama 280 hari.
  • Pada awal kebuntingan, tanda-tanda sapi yang bunting sulit dikenali. Tanda kebuntingan yang paling mudah diamati adalah tidak timbulnya kembali tanda-tanda birahi. Namun hal ini tidak selalu benar karena dapat pula disebabkan oleh adanya gangguan reproduksi yang mengakibatkan tanda-tanda birahi tidak muncul.
  • Untuk mengetahui status kebuntingan, peternak dapat meminta bantuan petugas kesehatan hewan yang terlatih untuk memeriksa kebuntingan dengan metode palpasi rektal yang cukup sentitif dalam mendeteksi masa awal kebuntingan.
  • Sapi yang bunting sebaiknya rutin dijemur, diumbar dan dilatih berjalan di sekitar kandang atau padang gembala. Hal ini penting untuk membantu kelancaran proses beranak.
  • Memasuki umur kebuntingan 7-8 bulan, sapi induk ditempatkan di kandang beranak individu sampai tiba waktunya beranak dan pedetnya berumur 2 bulanan.
  • Tanda-tanda sapi bunting yang akan beranak antara lain gelisah, ligamenta sacrospinosum relaksasi, edema pada vulva, lendir servik mencair, kolostrum telah menjadi cair dan dapat dikeluarkan dari puting susu.
  • Proses beranak dibagi menjadi dua tahap, yaitu  :
    • Tahap permulaan (persiapan)
    • Tahap perejanan (pengeluaran fetus dan plasenta). Tahap perejanan terbagi menjadi tiga, yaitu:
      • persiapan perejanan
      • perejanan kuat untuk mengeluarkan fetus
      • perejanan untuk mengeluarkan plasenta.
  • Pada beranak normal, tahap permulaan berlangsung lebih lama dari tahap perejanan. Tahap permulaan dapat berlangsung beberapa jam atau hari sedang tahap perejanan dapat berlangsung dalam hitungan menit.
  • Meskipun proses beranak secara normal dapat terjadi tanpa memerlukan adanya pertolongan (etokia), namun seringkali terjadi proses kelahiran yang sulit (distokia) sehingga memerlukan pertolongan.